06/03/2022

Suhu politik Menjelang 2024 Mulai Memanas, Oki menawarkan Gerakan Moderasi Politik.


Perhelatan pesta politik tahun 2024 memang masih terhitung 3 tahun lagi. Namun suhu politik sudah mulai memanas. 

Seperti diketahui pada tahun 2024 bakal digelar pemilu serentak di mana Pemilihan Legislatif (pileg), Pemilihan Presiden (Pilpres) dan sebagian daerah Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) dilaksanakan bersamaan pada tahun 2024.

 Mulai memanasnya suhu politik tersebut ditandai dengan mulai banyaknya tokoh politik yang sudah memasang kuda-kuda untuk kontestasi 2024. 

Menurut Direktur Jaringan Versi Indonesia, Oki Sukirman,  ancang-ancang untuk perhelatan 2024 ini memang tidak bisa dihindari, mesin harus muai dipanaskan dari sekarang. 

"Tahun 2024 memang masih tinggal 3 tahun lagi. Tapi hal yg wajar jika tokoh politik saat ini sudah mulai muncul untuk kandisasi 2024," ucap Oki. 

Saat ini sudah ada beberapa tokoh yg secara malu-malu kucing, muncul  untuk tujuan politik 2024. Bahkan beberapa pendukung masing-masing tokoh sudah mendeklarasikan dan pembentukan tim pemenangan. 

"Ya bisa kita lihat sekarang banyak tokob politik yang digadang-gadang bakal ikut kontetasi Pilpres 2024. Nama-nama yg sudah mulai digadang-gadang misalnya Prabowo Subianto, Puan Maharani, Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, Erick Tohir dan banyak lagi," ucap Oki. 

Banyaknya tokoh politik yg sudah memanaskan mesin politiknya ini dikhawatirkan memanasnya suhu politik di kalangan grassroot. Terutama pelajaran di tahun 2019 ada efek polarisasi yang kentara di masyarakat akibat perhelatan Pilpres 2019 kemarin.

"Sangat terasa pada Pilpres 2019 kemarin polarisasi di masyarakat sangat tajam. Saat ini pun benih-benih tersebut mulai terasa. Saling serang isu, saling ejek bahkan saling counter opini sudah ada gerakan antar pendukung calon kandidat capres, " kata Oki. 

Dari sini, Oki yang juga pegiat Fatsoen Politika Institute menawarkan gerakan moderasi politik. Moderasi politik merupakan sikap tidak berlebih-lebihan serta sikap penghidaran kekerasan atau penghindaran keekstreman terhadap pilihan politik. Artinya hindari sikap fanatisme buta terhadap salah satu kandidat. 

"Perlu adanya pendidikan politik berupa moderasi politik. Sikap yang tidak berlebih-lebihan dalam mendukung salah satu calon. Jangan sampai karena kontestasi musiman ini rusak rajutan kebangsaan kita, " ucap Oki. 

Moderasi politik inilah seharusnya digerakan oleh tokoh-tokoh negarawan. Mereka berposisi sebagai pengayom masyarakat yang berorientasi ke depan untuk keutuhan bangsa ini. 

"Jangan sampa seperti pasca Pilpres 2019, capres yang kalah sudah merapat ke pemenang, nah di masyarakat tetap benih-benih kebencian, hasutan-hasutan provokasi masih dipupuk sampai sekarang, " ucap oki. 

Gerakan moderasi politik ini dilandasi dengan pemikiran sederhana, bahwa sebenarnya yang bertarung adalah elit politik, lalu kenapa masyarakat yang mungkin saja tidak menerima manfaat secara langsung malah dipermaikan dengan kepentingan-kepentingan sesaat elit politik. 

"Cape lah ya masyarakat kita, membela habis-habisan seorang calon presiden, bahkan sampai ada yg putus silaturahmi dengan teman atau kerabat, eh  ternyata elit politiknya mencair dan melakukan deal polifik, " ucap Lulusan Magister Komunikasi Politik Unisba tersebut.

Oleh: Oki Sukirman. S.Sos, M.Si


Leave a comment 

0 comments: