15/03/2009

Analisa surat kabar; perspektif reka bentuk.

Oleh. Oki Sukirman[2]
a. Pengantar
Analisis penelitian saya sampai hati pada koran Media Indonesia, Edisi Minggu, 23 Maret 2008. beberapa alasan pribadi yang mungkin mewakili kenapa saya memilih Media Indonesia untuk dijadikan bahan analisis dibandingkan dengan koran-koran lain, yaitu: Pertama, Memang saya sudah jatuh hati sejak dulu, ketika Media Indonesia pertama kali terbit. Content Media Indonesia –yang menurut- saya sudah memenuhi kriteria kejurnalistikan ditambah dengan bahasa jurnalistik yang digunakan Media Indonesia yang begitu renyah dan mudah dipahami.
Kedua, Surat kabar Media Indonesia merupakan surat kabara terkemuka di Indonesia. Surat kabar yang ditunggangi oleh raja media Indonesia, Surya Paloh merupakan salah satu media dari media-media lain yang dimilikinya, diantaranya Lampung Post dan Metro TV. Oleh karenya berasalan sekali jika hari ini Media Indonesia merupakan gambaran cetak dari Metro TV.
b. Bahasan
Jika diuraikan berdasarkan referensi perkuliaha Reka Bentuk Surat Kabar maka Media Indonesia termasuk kategori Surat Kabar serius. Sebagaimana kita ketahui surat kabar serius adalah surat kabar yang mana biasanya karakteristik pembacanya (segmen) adalah menengah ke atas, juga menggunakan bahasa yang baku yaitu bahasa jurnalistik.
elain itu jika dilihat dari reka bentuknya surat kabar Media Indonesia termasuk pada bentuk surat kabar balance make up artinya surat kabar yang pada dasarnya lebih banyak memainkan foto dan gambar dalam menartik minat pembaca. Sehingga surat kabar Media Indonesia lebih menyeleksi dan memilah-milih foto-foto yang mengandung nilai jurnalistik dan dapat menarik perhatian pembaca.
Selanjutnya jika dikaji lewat reka bentuk maka Media Indonesia teramsuk pada jenis God Sheet yang mana ketentuan dari jenis God Sheet terdiri 8-9 kolom. Sedangkan pada Media Indonesia Edisi Minggu, 23 Maret 2008 terdiri dari 7 kolom. Yang unik dari media Indonesia salah satu kolom dari Headline (Muka utama) ada editorial yang pada umumnya sebagian besar surat kabar editorial di simpan di halaman tengah bersamaan dengan opini. Namun bagi Media Indonesia hal itu tidak berlaku, dalam frame saya menangkap bahwa Media Indonesia ingin lebih mengutamakan propaganda pada pembacanya tentang sikap dan kebijakan Media Indonesia pada suatu masalah yang terjadi.


[1] Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Reka Bentuk Surat Kabar.
[2] Mahasiswa Jurnalistik Semeter VI (205204864).
Leave a comment 

0 comments: