24/05/2008

Kekhawatiran itu….

Tepat hari ini atau untuk lebih kuat lagi kira jam 00.00, berita yang tidak inginkan oleh sebagian masyarakat Indonesia akhirnya terjadi. Ya, kenaikan BBM (bahan baker minyak). Ternyata pemerintah terus saja berjalan tanpa menghiruakan berbagai kecaman, aksi protes para mahasiswa, kalangan masyarakat bawah yang tidak setuju terhadap kebijakannya untuk menaikan BBM. Rata-rata lonjakan harga berkisar pada 28%. Harga premium yang dulunya Rp.4500 naik menjadi Rp. 6000. begitpun dengan solar dan minyak tanah dari harga Rp.4300 dan Rp.2000 menjadi Rp.5500 menjadi Rp.2500.

Bagaimanapun ini berita buruk (bad news) saya kira berbagai aksi protes yang dilakukan dan yang kita lihat bersama dari berbagai daerah merupakan satu wujud nyata ketidak setujuan kebijakan tersebut. Namun nyatanya pemerintah mempunyai asumsi dan pembelaan sendiri.

“dengan mempertimbangkan peningkatan harga minyak dunia, menyebabkan subsidi menjadi sangat besar sehingga memberatkan APBN. Oleh karena itu, perlu disesuaikan harga jual untuk jenis BBM tertentu bagi konsumen tertentu. Harga tersebut sudah termasuk PPN.” Cetus Mentri SDM Purnomo Yusgiantoro.

Duh kebayanga deh peningnya kepala wong cilik sekarang ini. Belum juga reda efek dari kenaikan BBM pada tahun 2005 mereka harus menerima kenaikan tersebut tentunya dengan dampak yang (akan) lebih besar.

Saya sempat berpikir, sangat ironis dan kontradiktif sekali. Satu sisi pemerintah berkoar dengan tetap pada pendiriannya untuk menaikan BBM namun disisi lain pemborosan dan ppencurian uang Negara tidak dihentikan. Ini kan lucu, bagaikan menambal ember yang bocor namuan lubang yang lain dibiarkan.

Masih segar dalam ingatan kita tentang kasus suap anggota DPR kita. Sangat berlawanan sekali. Dalam waktu bersamaan uang mengalir dengan Cuma-Cuma dan terlarang, namun bersamaan dengan itu banyak para rakyat menjerit karena kelaparan dan kesusahan. Kalaupun toh uang itu bisa diselamatkan dan bisa diamankan mungkin bisa lebih baik dan diterima oleh yang haknya.

Ah memang pusing mendiskusikan masalah Negara ini, banyak sekali kelucuan dan keanomaliaan yang justru kita bersama sadari dan terjadi diantara kita.

Yu, para wakil rakyat kita berpikir bersama dengan kepala dingin yang berhati nurani. Bagaimana kalau kemewahan yang tuan-tuan rasakan tiba-tiba lenyap. Bagaimana jika kekayaan yang tuan-tuan miliki sekarang hilang.

Jika memang kenaikan BBM tersebut adalah untuk menyelamatkan APBN Negara, kenapa kita tidak melakukan penghematan dulu. Toh ada jalan yang lebih halus dan tidak memnyebabkan madorot yang lebih besar. Misalnya bagaimana jika ada kebijakan untuk memotong 28% gaji pada wakil rakyat, karena jika berpikir “ke atas” mungkin gaji 40 juta bagi pada wakil rakyat tersebut mungkin tidak cukup. Tapi pernahkan berpikir bahwa banyak rakyat-rakyat (kalian) yang mungkin hari ini saja masih bingung untuk apa dibandingakn tuan-tuan yang memang tinggal memilih mau makan apa sekarang.

Jujur saja saya tidak menyatakan Mosi tidak percaya pada SBY yang janjinya tidak akan menaikan BBM setelah kenaikan BBM pada tahun 2005. benar sekali BBM memang (barang benar murah) untuk dijadikan sebagai alat kampanye dan buayan pada rakyat. Janji tinggal janji. Kami rakyat kecil disini hanya bisa meratapi.

Ingat BLT bukan jalan keluar. Itu sama saja menyuruh rakyat malas hanya dengan uang 100 ribu yang hanya cukup untuk 3 hari. Namun deritanya sepanjang masa. Berikan kail bukan ikan.
1 comment 

1 comments:

Dian Manginta mengatakan...

Hello,

Aku juga baru nulis soal "kail dan ikan".

Lihat di sini.

Di wall facebook-ku , aku lengkapi catatannya.

Lihat ya?

Thanks.
D-