Ada yang sedikit sakral saban tanggal 14 Febuari, bagi muda-mudi dewasa ini, siapa sih yang gak kenal dengan Valentine’s day? Yup betul mereka –yang merayakan- mendaulat Valentine days sebagai hari kasih sayang, walaupun dalam kamus bahasa manapun kita gak akan nemuin arti Valentine’s day sebagai hari kasih sayang. Terus dari mana atuh valentine day nyambungnya dengan hari kasih sayang.
Untuk ngejawab pertanyaan di atas maka kita kudu tahu sejarah asal mula kenapa ada Valentne’s day, jangan sampai kita menjadi generasi bebek, yang hanya ikut-ikutan ngerayain saban tanggal 14 febuari, tanpa tahu betul bagaimana dan kenapa ada Valentine’s day..
Tinjauan history.
Salah satu sejarah populer mengungkapkan valentine’s day merupakan sebuah perayaan untuk menghormati kematian seorang pendeta kristen yang beragama Nasrani Santo Valentino, pendeta tersebut mempunyai anjuran kepada muda-mudi untuk kawin muda dan ia juga melindungi orang-orang yang lagi kasmaran (pacaran), hal ini bertentangan dengan peraturan Raja yang berkuasa pada waktu itu yaitu Empirior Claudius II Gothiuys yang melarang para pasangan muda untuk menikah muda, alasannya bahwa tentara yang masih bujang lebih berprestasi ketimbang yang sudah menikah. Karena bertentangan dengan raja tersebut, tepat pada tanggal 14 Febuari 270 M, Santo Valentino di hukum mati.
Setelah kematian pendeta Santo Valentino, saban tahun tepat tanggal 14 Febuari, banyak para pengikutnya dan orang-orang yang sedih karena kematiannya memperingati hari kematiannya. Setiap tahun bergulir akhirnya berubahlah perayaan peringatan itu menjadi perayaan sakral yang bernama Valentine’s day yang mana merupakan moment khusus untuk mencurahkan kasih sayang kepada pasangan atau orang-orang yang dicintainya, dan akhirnya sampai saat ini jadilah Valentine’s day sebagai hari kasih sayang.
Arus Globaliasi.
Terus pertanyaan yang kedua, dari mana akarnya perayaan Valentine-an yang dirayainn oleh orang-orang barat sana, ko bisa sampai ke sini dan masyarakat indonesiapun ikut ngerayainnya. Emang sih jaman tempo doeloe nyokap-bokap kite lagi-lagi kasmarannya gak ada tuh istilah yang ginian. Mereka adem ayem aja kalo ngelewatin tanggal 14 Febuari.
Ya, jawabannya adalah arus globalisasi. Globalisasi? Apa tuh? Gini globaliasasi dalam kamus ilmiah populer di tulis “pengelolaan seluruh aspek kehidupan; perwujudan secara menyeluruh disegala aspek kahidupan, atau bahasa sederhananya bahwa globalisasi adalah upaya pengglobalan atau penyatuan segala aspek kehidupan sehingga menjadi sama dan seragam tanpa ada perbedaan. Dengan globalisasi menjadikan dunia tanpa jarak ruang dan waktu dan juga salah satu prinsipnya adalah dihancurkannya batas-batas geografis, kultural, dan sebagainya (AS Hikam: 2000).
Karena pengaruh yang luar biasanya globalisasi itu Nicholas Negroponte dan Kenichi Ohmae menulis bahwa pengaruh dari globalisasi dimana bentuk negara kebangsaan akan “menguap” dan digantikan oleh sebuah negara ‘cyber’ internasional. Makanya diramalkan 15 tahun kedepan dalam peta dunia tidak ada lagi negara Indonesia, Singapura atau Malaysia kesemuanya melebur menjadi negara “global” karena pengaruh globalisasi.
Begitu juga dengan Valentine’s day merupakan “buah tangan” dari globalisasi, seiring arus globalisasi yang semakin deras, yang mana media-media menjadi tunggangannya. Segala kebudayaan barat, mau yang baik ataupun yang tidak baik dengan mudah sekali masuk ke Indonesia dan diterima bahkan diikuti oleh masyarakat Indonesia. Sehingga saat ini valentine day’s telah mengglobal tidak hanya di barat sana, tapi di Indonesia juga muda-mudi turut merayakan Valentine day sebagai hari kasih sayang.
Maka jadilah tanggal 14 Febuari sebagai hari kasih sayang, dimana setiap orang mensakralkan perayaan ini sebagai hari khusus untuk mencurahkan kasih sayang kepada orang-orang yang dicintai dan dikasihinya. Dalam perayaannya juga bermacam-macam ada yang membuat pesta khusus, ada yang secara sederhana yang digambarkan dengan memberikan suatu barang; coklat, bunga misalnya, bahkan yang lebih parah tidak sedikit valentine day’s menjadi pesta sex muda-mudi.
Inilah yang menjadi kekhwatiran dan harus kita wapadai. Memang penulis tidak menyalahkan orang yang merayain Valentine’s day, bahkan menurut penulis menganggap hal itu adalah hal yang positif bagaimana tidak pada moment itu kita mencurahkan kasih sayang kita kepada sesama.
Namun yang perlu digarisbawahi bahwa Valentine’s day menjadi ajang yang salah kaprah dan digunakan dengan tidak semestinya, bahkan melanggar dengan melakukan hal-hal yang dilarang oleh norma dan agama. Sejatinya kasih sayang adalah sepanjang waktu, tak terbatas waktu dan pensakralan. Oleh karenya tidak benar kalau Valentine-an menjadi hal yang wajib bin kudu.
Jangan jadi Generasi bebek.
Jadi udah cukup jelas bagaimana sejarah Valentine’s day dan dari mana asal, terus kenapa bisa sampai ke Indonesia?. Oleh karenanya, jangan sampai kita menjadi generasi bebek, yang hanya ikut-ikutan tanpa tahu betul bagaimana sejarahnya serta asal-usulnya, bagaimanapun kita harus bangga dengan kebudayaan kita, dalam tradisi Indonesia mencurahkan kasih sayang terhadap orang yang kita cintai tidak terbatas pada waktu, makanya jangan sampai kebudayaan “asing” mengalahkan kebudayaan asli bangsa Indonesia.
Kita jangan berpikir bahwa segala kebudayaan yang datang dari barat sana tu baik, dan dianggap modern lantas kita ngelupain kebudayaan yang menjadi jati diri kita. Kita harus bangga dengan bangsa Indonesia, baik buruk rumah kita sendiri gitu kata Ia Antono. So’ kita harus bisa menunjukan jati diri kita sebagai bangsa Indonesia tanpa harus bangga dengan busdya-budaya barat sana.
13/02/2007
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar