Berpuluh tahun lamanya Bakri jadi nelayan, mencari ikan, potongan pewasatlah yang membantunya untuk merubah hidup, membeli perahu bermesin serta memperbaiki rumahnya yang hampir roboh.
Mulut lelaki tua itu tak henti-hentinya berucap syukur, air matanya terlalu deras untuk dibendung, sesekali tangannya yang sedikit kasar mengurai pipinya yang basah, air mata itu adalah saksi bisu tangis bahagianya, tak pernah terbayangkan sebelumnya ia akan jadi seorang jutawan.
“Saya masih tidak mempercayai kejadian ini, seakan seperti mimpi, apakah ini benar,”ujarnya dengan wajah keheranan sambil memperlihatkan uang puluhan juta rupiah yang sebagian ada dalam genggaman tangannya .
Ya, dia adalah Bakri (45) Seorang penemu serpihan pesawat Boeing 737-400 dengan nomor penerbangan KI-574 milik Adam Air yang hilang, pewasat dengan rute penerbangan dari Surabaya ke Manado dengan membawa penumpang. 102 Penumpang termasuk enam awak pesawat dinyatakan hilang pada tanggal 1 Januari 2007. dan sesuai dengan janji Wakil Presiden RI HM Yusuf Kalla, bahwa orang yang pertama kali menemukan jejak atau benda-benda pesawat Adam Air yang hilang itu akan diberi hadiah sebesar Rp.50 Juta.
Bakri warga Bojo Dua, Kecamatan Mallusetasi, Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan. jadi salah seorang yang beruntung dari sayembara itu. Dia dengan tak sengaja menemukan salah satu serpihan pesawat naas itu saat dia mencari ikan di laut.
Hari itu, Selasa (9/1) sedikit mendung tidak seperti hari-hari yang lain, Bakri mengurungkan niat untuk melaut, mencari ikan. Disaat musim penghujan seperti saat ini dimana ombak dan cuaca yang tidak menentu, Bakri tak sepenuhnya menggantungkan hidupnya mencari ikan saja. Ayah lima anak ini mencoba mencari penghasilan yang lain yaitu dengan memasang ‘belle’. ‘Belle’ adalah sebuah jaring besar yang diikat pada kayu yang ditancapkan di laut, untuk menjaring ikan.
“Bapa takut kalau melaut disaat musim hujan seperti sekarang, ombaknya garang-garang,” ucapnya dengan penuh keyakinan. “Makanya bapak hanya menggantungkan hidup dengan memesang ‘belle’ di laut,” lanjutnya.
Setiap pukul 13.00, Bakri mulai bergegas keluar rumah dan mengcek ‘belle’ yang dipasangnya di hari kemarin. Letak ‘belle’ yang ia pasang tak jauh dari rumahnya di Desa Bojo II, di pesisir Pantai Loije, Kecamatan Mallusetasi, Kabupaten Barru, 148 kilometer sebelah utara dari Makasar.
Setelah dua jam mengecek jaringnya, sekitar puklul 15.00 pandangan mata Bakri tertuju pada sebuah benda berwarna putih keabu-abuan, namun benda tersebut hanya dilihatnya sepintas dan diangap sebagai sampah yang menyangkut pada ‘belle’nya. Tapi berkali-kali ketika benda itu dibuang, benda tersebut kembali mendekat dan menghampirinya seperti tidak mau jauh dari tubuh Bakri.
Pada sentuhan yang ketiga kalinya, dalam benaknya tersirat sebuah pikiran, mungkin saja papan ini ada manfaat bagi keluarga. Akhirnya, dengan penuh tanda tanya benda yang masih asing bagi Bakri tersebut pun dibawa ke rumahnya.
“Tiga kali saya buang benda yang mirip tripleks itu ke laut karena saya anggap hanya sampah biasa. Tapi setiap kubuang, benda itu kembali lagi menyentuh paha saya,” ungkapnya.
Setiba di rumah dengan wajah penuh kebingungan Bakri langsung menyimpannya di sebuah gudang di bawah kolong rumah punggung miliknya.
Pada Rabu pagi, rasa penasarannya belum juga hilang. Bakri mengambil dan melihat-lihat lagi benda itu. Rasa penasaran pada benda itu membuatnya memanggil Abdillah, tetangga dekat yang masih familinya. Lalu benda itu diperlihatkannya kepada Abdillah. Karena tak paham juga, Bakri malah meminta Abdillah menyimpan benda tersebut.
“Ketika melihat barang itu saya hanya mengamati dan mendiskusikan dengan Pak Bakri. Beberapa tetangga datang dan ikut melihat barang itu. Kami akhirnya hampir sama menduga bahwa itu mungkin barang dari pesawat,” tutur Abdillah
Dengan wajah yang sama bingung Abdillah berinisiatif melaporkan barang temuannya kepada pihak kepolisian, dengan harapan mudah-mudahan benda tersebut adalah benda yang sedang dicari-cari itu. Yakin barang hasil temuan Bakri bukan barang biasa, Rabu sekitar pukul 14.30, Abdillah menelepon Kepolisian Wilayah Parepare. Kepada petugas jaga yang menerima teleponnya, Abdillah bertutur tentang barang temuan Bakri.
Selepas magrib, polisi datang ke rumah Bakri. Namun Bakri dan Abdillah tidak langsung menyerahkan barang tersebut kepada orang yang datang kerumahnya tersebut, sempat ada keraguan kepada para petugas yang tidak memperlihatkan tanda pengenalnya. Namun setelah yakin, bahwa mereka petugas dari kepolisian, barang tersebut langsung diberikannya dan petugas kepolisian langsung membawanya untuk diidentifikasi lebih lanjut.
Setelah beberapa hari melakukan proses identifikasi, pihak kepolisian sampai pada kesimpulan bahwa benda yang ditemukan oleh Bakri tersebut adalah bagian serpihan dari pesawat tepatnya adalah ekor horizontal stabilizer sebelah kanan milik pesawat Boeing 737-400 Adam Air yang hilang itu.
Kontan dengan adanya berita bahwa barang hasil temuan Bakri tersebut adalah bagian dari pesawat Adam Air yang hilang, Bakri menjadi buruan “kuli tinta” dan tak hanya itu desanya yang tadinya sepi berubah hiruk pikuk. Ratusan orang berganti datang ke Pantai Loije sehingga membuat jalan desa yang sempit dan sebagian belum diaspal menjadi sesak. Umumnya mereka datang dengan rasa penasaran.
Memang warga Bojo Dua, Kecamatan Mallusetasi, Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan mengetahui ada berita hilangnya pesawat Adam Air dari televisi, koran-koran dan radio. Namun warga tak pernah menyangka serpihanya sampai ke Sulawesi Selatan, yang acap mereka dengar sebagai lokasi jatuhnya pesawat di wilayah Sulawesi Barat.
“Kami tahu ada pesawat yang hilang dan sedang dicari-cari, tetapi kami tak pernah berpikir temuan pertama potongan pesawat itu ada disni. Anad atrhu, yang acap disebut-sebut sebagai lokasi jatuhnya pesawat di wilayah Sulwesi Barat,” Ujar Rusdi, salah seorang warga Lojie.
Berkat temuan benda asing tersebut Bakri berhak mendapatkan hadiah dari Wakil Presiden RI HM Jusuf Kalla sebesar 50 Juta, tidak itu saja pihak Adam Air dan Polwil Parepare juga memberikan hadiah masing-masing sebesar 2,5 juta dan 1 juta.
Bagi Bakri uang tersebut bagai durian runtuh, tak pernah terbayangkan bahwa benda asing yang menyakut di ‘belle’nya itu membawa keberuntungan. Sejumlah hadiah yang ia terima lebih dari cukup, bahkan ia sekarang telah merasa menjadi seorang jutawan dadakan, sehingga ia sangat bersyukur dengan rezeki yang tak terduga datangnya.
“Ini memang rejeki tak terduga yang diberikan Tuhan kepada keluarga saya, sebab tiga kali benda itu menyentuh badan saya dan tiga kali pula saya buang ke laut tetapi selalu kembali,’ ujarnya disertai senyuman yang membuat gigi ompongnya kelihatan. “Saya berterima kasih kepada bapak-bapak, terutama pada bapak Wakil Presiden Jusuf Kalla yang memberikan hadiah,” tambahnya.
Sudah berpuluh tahun lamanya, Bakri menggeluti pekerjaan sebagai nelayan. Namun, karena faktor musim penghujan yang datang, enam bulan lalu ia beralih metode mencari ikan dengan cara menggunakan ‘belle’. Hasil tangkapannya dari ‘belle’ biasanya dimakan sehari-hari bersama keluarganya. Jika ada kelebihan hasil tangkapan, barulah ikan-ikan itu dibawanya ke pasar untuk dijual. Hasil penjualannya pun tak menentu. kadang hanya Rp. 20.000 sampai dengan Rp.30.000 per hari.
Dengan uang yang cukup besar itu lelaki sederhana dengan bertubuh besar dan berkulit legam serta berkumis tebal itu tidak terlalu muluk-muluk, dengan uang tersebut Bakri berkeinginan membuka usaha sendiri, serta membeli perahu, peralatan kapal dan mesin kapal. Hal ini dirasa sangat penting sebab selama ini Bakri mencari ikan dengan peralatan yang sangat sederhana sehingga ikan hasil pencariannya pun tidak pernah banyak.
“Saya mau beli perahu dan peralatannya serta mesin tempel untuk mencari ikan, karena selama ini saya hanya mencari ikan dengan perahu biasa yang tidak bermesin dan hanya di pesisir pantai. Saya tak berani mendekati perairan dalam untuk mencari ikan. Selain itu saya mencoba membuka usaha, namun belum tahu usaha apa,” ujar suami dari Mak Sulang tersebut.
Selain itu jika uang masih ada sisa, ia berencana memperbaiki rumahnya yang hampir roboh dimakan usia. “Saya juga berencana ingin memperbaiki rumah yang hampir roboh., itu juga kalau ada uang tersisa,” tambahnya sambil tersipu malu.
Bagaimanapun Bakri mempunyai jasa besar dalam menemukan teka-teki keberadaan pewasat Adam Air yang hilang. Bakri seakan menjadi inspirasi dan mendorong semangat warga lainnya serta tim SAR untuk menemukan pesawat Adam Air yang naas itu.
Kini orang memandang Bakri sebagai orang berbeda, namun Bakri sendiri merasa tidak ada yang berubah. “Ya kalau di TV ada bule dadakan, kalau saya jutawan dadakan…ha..ha…”ucapnya dengan penuh tawa.
Keseharian Bakri tak berubah ia masih seperti seorang nelayan dulu kala sebelum menerima uang jutaan, ia melakukan aktivitas seperti biasa, setiap hari ia diwaktu malam akan selalu menyempatkan diri menengok jaring yang dipasangnya apakah ada ikan tersangkut atau tidak.
“Saya masih seperti yang dulu, ga ada yang berubah pada diri saya, mungkin yang berubah adalah orang-orang disekitar saya terhadap saya,” ujarnya. Ia akan tetap melakoni pekerjaannya yaitu mencari ikan ke laut dan memasang ‘belle’, sembari mangharapkan rezeki yang tak terduga lagi. Harapnya. (Oki Sukirman/Channel 11)
21/01/2007
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 comments:
Bakri Pahlawan Bangsa!!
Adalah Bakri orang pertama yang menemukan serpihan ekor Adam Air. Maka wajar bila Kalla, memberiakn penghargaan. Pasalnya Ia telah menyelamatkan muka bangsa di wajah Internasional. (lihat selanjutnya di blogku).
Posting Komentar