07/01/2007

Belajar Menghargai Alam.

Sedih, kesal, kecewa, marah, menangis. Itulah yang dirasakan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Bencana alam dating silih berganti, disaat musim kemarau kekeringan melanda beberapa daerah di Nusantara, begitu pun saat musim penghujan seperti saat ini, banjir dan longsor yang terjadi di beberapa daerah di Aceh, Sumatera Utara dan Sumatera Barat telah menjadi sebuah kepastian. Kepastian sebab bencana alam tersebut sebelumnya telah diprediksikan dan diramalkan jauh-jauh hari sebelum musim penghujan dating, diantaranya dengan memetakan dareha-daerah yang rawan terjadi banjir dan longsor.

Ya, Kepastian itu didapat selain peta konkret daerah rawan bencana juga diakibatkan oleh keadaan alam Indonesia itu sendiri yang telah rusak sebab tidak rawat, dijaga bahkan "dengan tega disakiti".

Bila mencermati bencana yang terjadi di Indonesia saat ini, maka bencana tersebut bisa dikategorikan pada dua macam. Pertama, bencana yang alami dan murni yang merupakan fenomena alam seperti gempa bumi, tsunami, badai, meletusnya gunung berapi dan yang lainnya. Macam bencana ini adalah soal waktu, sesuatu yang tidak bias diduga kapan terjadinya, seperti halnya gempa yang terjadi di Aceh, Sumatera Barat yang menelan korban empat orang dan 150 orang luka-luka.

Kedua, bencana yang disebabkan oleh ulah tangan-tangan manusia itu sendiri. Benacna inilah yang timbul akibat kerakusan, kejahatan dan kecerobohan manusia, terjadinya pembalakan liar yang menyebabkan hutan gundul serta kerusakan ekologi yang menyebabkan ketidakseimbangan ekosistem dan siklus kehidupan. Banjir, longsor, kekeringan merupakan saloah satu bukti nyata tangan jahil manusia dapat menyebabkan bencana.

Bisa dikatakan negara ini ini telah masuk pada rawan benacna. Biela menelaah bencana banjir dan longsor yang terjadidi Aceh, Sumetera Utara dan Sumatera Selatanmerupakan bencana yang diakibatkan oleh kerusakan hutan, yang mana pemabalakan liar telah membuat hutan gundul sehingga ketika air hujan turun tidak terserap oleh pohon-pohon dan langsung mengalir ke daerah yang lebih rendah dan menyebabkan banjir.

Ternyata bencana yang erjadi itu lah berpindah posisi daris esutau yang tak terduga (force majeur) menjadi sebuah kepastian. Kepastian yang mendatangkan sebuah penderitaan, kerugian harta benda dan membahayakan jiwa anak bangsa.

Ironi memang, benaca tersebut tealh bias diprediksikan namuan hal ini tidak bias ditanggulangi secara dini apalagi dicegah. Sehingga jangan heran "lagu lama" tentang benacana banjir dan menelah korban kembali terulang kembali. Bias jadi dengan kejadian seperti ini sepertinya pemerintah tidak bias mencegah dan mengantisipasi agar benacana ini kembali terulang. Mungkinkah pemerintah telah kehabisan cara dan daya untuk menagtasi masalah tersebut.

Saat ini jelaslah bahwa benacna banjir dan lngore disebabkan oleh rusaknya lingkungan dan hutan yang telah gundul, sungai-sungai yang mongering serta peralihan fungsi daerah penyangga. Dan ini adalah tanggung jawab bersama; pemerintah dan masyarakat. Keduanya harus mempunyai komitmen untuk mencegah agar hal yang sama tudak terulang kembali dan tidak meningkat intensitasnya.

Apalagi pembalakan liar atau lebih dikenal dengan istilah illegal loging. Masalah ini memnag sangat pelik, di satu sisi pembalak liar ini melibatkan sukong bermodal kuat, disisi lain perangkat hukum dan komitmen pemerintah yang masih kurang sehingga ada istilah tebang pilih dan yang lainnya.

Setidaknyaada tiga langkah yang urgen dan krusial untuk bergerak saat ini. Pertama. Mengencangkan komitmen pemerintah dalam mencegah dan mengatasi bencana alam baik dengan jangka pendek ataupun jangka panjang. Seperti pemberantasn para illegal loging yang dengan memperkokoh benteng hukum yang lembek. Kedua, peran serta masyarakat dalam usaha penghijauan (reboisasi). Hal ini tidak bisa berjalan sendiri-sendiri, masyarakat harus berpartisipasi dalam melestarikan dan menjaganya. Ketiga, mengkontruksi manajeman bencana, setidaknya pemerintah lebih bisa meminimalkan kerugian dan korban jiwa. Dengan kembali menata ulang manajeman penaggulangan, pengorganisasian bencana, BAKORNAS dan badan lain yang terkait bias menanggulangi dengan cepat dan efektif.

Sekali lagi cukup sudah kerusakan alam di Indonesia ini disebabkan oleh tangan-tangan manusia. Adalah tanggungjawab bersama. Jika tidak cekatan Negara ini akan tetap berlabel Negara benacana. Bagaimanapun alam akan ramah dan bersahabat dengan manusia, jika manusia sendiri ramah dan menjaga dan melestarikan alam dengan baik. Namun sebaliknya jika alam "disakiti" dan "diperkosa" dengan diekploitasi habis-habisan tanpa memperhatikan dampak akibatnya, maka alam akan menghukum manusia dengan yang lebih besar.

Maka belajarlah mengahrgai alam.
Leave a comment 

0 comments: