ulu…
Aku adalah seorang pemenang, aku seorang juara, ya inilah kau. Aku telah mengalahkan satu miliar sperma yang ingin menjadi manusia seperti aku saat ini. Akhirnya Allah mengizinkanku untuk hidup. Pada saat zigot berumur empat bulan, ditiupkanNya ruh, seraya mengambil kesaksian terhadapku; apakah kau meyakini aku sebagai tuhanmu?. Dengan penuh keyakinan dan tanpa basa-basi aku menjawab; balla sahidna!. Setelahnya, Aku pun tumbuh berkembang sampai beberapa bulan tepatnya 9 bulan aku mulai “berdemo”untuk keluar dari rahim ibuku. Sampai akhirnya tertanggal sebelas juni seribu sembilan ratus delapan tujuh ibuku “harus rela” mengeluarkanku walaupun dengan susah payah perjuangan hidup mati. Aku menemukan dunia baru, setelah sebelumnya aku berada dalam kegelapan. Aku keluar denga tangisan yang keras, lain halnya dengan orang disekelilingku, aku lihat bidan ibuku, ayahku, kakaku, neneku, mereka menyambut dengan senyuman. Senyuman untuk sebuah doa dan harapan. Sampai akhirnya kudengar suara dengan kata-kata yang indah yang langsung didengarkan ketelingaku; Allahhuakbar… Allahhuakbar … itulah suara adzan.
Hari berganti minggu minggu berganti bulan bulan berganti tahun dan tahun berganti…dan seterusnya aku tumbuh dan berkembang menikmati segala nikmat yang telah diberikan tuhan kepadaku. Aku tumbuh dengan kepolosan ketika, aku bangun tidur masih ngompol, ketika masih kelas enam SD aku masih tidur bareng ibu, aku tumbuh dengan tangisan ketika ibuku menghawatirkanku, ketika aku menderita sakit typus untuk beberapa bulan. Aku tumbuh dengan kemarahan ibu ketika aku melawan dan membantah, aku tumbuh dengan keceriaan ketika ibuku tersenyum karena aku mendapatkan prestasi yang memuaskan disekolah. Aku tumbuh dengan segala keadaan yang Allah karuniakan, aku tumbuh dengan belaian kasihsayang disetiap saat. Sampai akhirnya aku akan tumbuh denga semua itu sampai saat ini.
Masa kanak-kanakku, kulalui dengan penuh keceriaan seperti halnya anak-anak yang lain, aku adalah anak nakal, bandel dan kadang suka menyabalkan sempat {tidak sering sih}membuat nangis ibuku, membuat nangis anak tetanggaku. Aku adalah anak yang sombong ketika aku berbangga pada teman-teman dengan mainan baruku. Aku berada pada lingkaran kekanak-kanakan yang polos dan apa adanya.
Masa remaja kurasakan sampai saat ini, orang tuaku memang sedikit memberikan “kebebasan”, sehabis menyelesaikan sekolah dasar “aku dibuang“ke Garut untuk nyantri di Darul Arqom. Untuk enam tahun aku berada “di penjara” . hari-hari kulalui di asrsama, kelas, mesjid, wc, ruang makan. Rutinitas semua itu yang kualami selama beberapa tahun . aku menikmatinya walaupun kadang aku mencibirnya disanalah kutemukan semuanya, disanalah kutemukan pelajaran ”hidup” yang tak ku dapatkan dimanapun, disekolah manapun. Ketika hatiku harus perih dengan tegar penuh kebencian karena teman-teman mengejekku. Ketika hatiku seakan pecah saat ditolak seorang wanita. Ketika hatiku dipenuhi keceriaan saat aku disanjung-sanjung oleh temanku karena prestasi. Semua kualami,semua kurassaka dan aku bersyukur alhamdulilah dan akupun rindu.
Sekarang….
Tepat tanggal sebelas juni sua ribu enam umurku mrlsngksh lrbih msju (pada kematian) 19 tahun. Ya dengan bertambahnya umur, bagiku berarti jatah hidup kita semakin berkurang. Karena tidak kita sadari semkain berjalannya waktu, detik demi detik melaju ke menit dan jam melaju ke hari, berarti kita sednag berjalan mendekati titik klimaks kita yaitu kematian dan bertemu tuhan.
Karna kita sedang berjaln menuju kematian, (seharusnya) ketika tangagal dan bulan kelahiran kita terulang pada tahun berikutnya bukan untuk diraykan denga suka cita, dengan penuh pesta.Tak tau dari mna asal mula ulang tahunitu, seakan orang terpanggil untuk merayakan saat hari kelahrannya terulang kembali.aku tak mengerti! Apa memang (orang-orang yang merayakan hari ulang tahun) ikut-ikut saja atau malah mereka uka cita karena akan lebih dekat pada kematan.Entahlah ……………..
Bagiku tangaldan bulan kelahiran terualng kembali adalah sebagai peringatan ya…. secara tidak langsung Tuhan telah memberi peringatan kepada kita.Susdah sejauh mana umur yang telah diberikan itu digunakan, apkah selama 19 tahun itu banyak mengerjakan kebaikan atau malah dipenuhi dengan kemaksiatan? Sejauh mana nikmat yang Allah berikan itu digunakan dengan sebaik-baiknya? Tangan,telinga, kaki, mata apkah telah digunakan sebagia pelantara untuk mendekatkan kepada-Nya atau malah sebaliknya denh\gan nkmat itu kita lupa.naudzubilah……..
Aku harus berpikir.
Aku harus merenungkan semua ini.
Robbana dzolamna …
Alhamdulillah..,….
Esok…
Sampai saat ini aku tak tahu, mau jadi apakah aku ini esok hari. Namun aku selalu penuh harapan dalam hidup ini, biarlah pertanyaan diatas ku jawab seiring waktu berjalan, akan ku jalani hidup seperti air mengalir. Pasti ku temukan jawaban pada perjalanan pada perjalanan hidupku. Asal tidak “miskin” akan harapan dan cita-cita aku akan selalu hidup dengan kerja keras dalam menggapai harapan dan cita-cita itu.
Bagaimana pun orang yang miskin itu bukanlah orang yang miskin pada materi tetapi orang yang miskin itu adalah orang yang miskin pada harapan dan cita-cita. Aku tak mau menjadi orang miskin.
Saat ini aku sudah “terlanjur” tercebur pada dunia jurnalisitk. Semenjak SMA secra tak sengajz aku ikut dalam kegiatan kejurnalistikan, tanpaku sadari secara langsung aku jatuh cinta, selepas SMA pun aku melanjutkan ngelmuku di Uinversitas Islam Negeri (UIN) jurusan jurnalistik. Alhamdulilah aku menikmati jurusan ini walaupun aku sering menemukan rasa pesimistis. bisa ga ya aku jadi seorang jurnalis? tapi kau bertekad, aku telah merasa benar berada pada jalur ini, menjadi reporter atau wartawan itu keinginan yang utama bagiku. Ya memang aku harus menjalani proses ini, proses untuk mulai menulis walaupun pada saatnya aku sering menemukan kemalasan. Aku harus memupuk rasa ingin tahuku dengan sering membaca, mendengar dan melihat. Ya aku harus mencoba menulis jangan dulu langsung pada tema-tema yang besar. keseharian kamu, pengelaman kamu, rasanya banyak sekali yang bisa dijadikan tulisan. Ya kau harus bisa jadi jurnalis proesional Q...
Aku selalu berharap hidupku ini tidak sia-sia, aku harus memberikan bekas di dunia ini agar anak cucuku mereka tidak malu ketika namaku disebut. Mereka tidak minder ketika harus menyebutkan orang tuanya. Mereka harus bangga mempunyai orang tua seperti aku. Aku harus dapat mengukir namaku dalam sejarah dunia bahwa telah hidup di dunia ini seorang manusia yang bernama Oki Sukirman. Tentu dengan catatan hidup yang penuh prestasi dan penghargaan dan bermanfaat bagi orang lain.
Mudah-mudahan saja…
(Mencoba untuk) Menjadi seorang Reporter?
Sampai detik ini aku tak pernah terpikir, aku akan terjun di dunia jurnalistik (walaupun sebenarnya belum), yang di sebabkan dalam benakku dulu aku ingin menjadi ulama, dan bisa belajar Timur tengah karena dengan kemampuan bahasa arab-ku yang sedikit bisa. Keinginan itu terus kupupuk dengan belajar lebih keras dan memberikan porsi lebih pada pelajaran-pelajaran yang “berbau bahasa arab”. Aku mulai (harus) mencintai hal-hal yang berhubungan dengan B.Arab, sampai hasil keringat kerja kerasku itu aku pernah duduk pada rangking pertama pada pelajaran-pelajaran agasma dan pernah secara kebetulan aku menang pada perlombaan pidato bahasa arab dan menulis pada ma’rakat, wealaupun lebih banyak kalahnya dari pada menangnya.
Tapi ketika itu aku berpikir lain,aku mulai melirik ilmu-ilmu umum khususnya ilmu-ilmu sosial.Sebab pada waktu itu (kelas 2 awal) kau berpikir aku harus masuk kuliah pada jurusan umum dan kuliah pada universitas umum.akhirnya ketertarikan dan kecintaan pada dunia jurnalistik tumbuh ketika aku menceburkan diri bersama orang-orang yang bergerak di madding sekolah (majalah dinding ), ketika itu mading sekolah sedikit vakum.
Berbekal kenekadan kau bersama teman-temanku berusaha untuk mengumuplkan informasi buat di tampilkan di mading, dan pada waktu itu masalah yang sedang hangat-hangatnya dibicarakan adalah tentang KC (teman-temanku di De-A pasti tahu apa itu KC? Nostalgia barudaks! ). Berita ini menjadi buah bibir ketika banyak temanku termasuk aku menderita KC. Akhirnya untuk mendukung data-data yang telah ada maka aku berinisiatif untuk mencari data yang lebih akurat dari sumber ahli yaitu mewancarai dokter. Itulah pertama kalinya buaku mewancarai sesorang dalam tugas kejurnalistikan.
Hari berganti hari, saat organisasi intra sekolah (baca-IRM) mau menerbitkan sebuah majalah sekolah, alhamdulilah teman-temanku mempercayaiku untuk jadi seorang reforter, tugas yang ga gampang waktu itu untuk ukuran pemula seperi aku aku harus langsung mewawancarai seorang narasumber yang cukup terkenal pada waktu itu dan saat ini, aku beri tugas mewawancarai band Mocca. Waktu itu akupun tidak percaya, kenapa kau diberi tugas refopter? Sampai aku berpikir bisa ga ya aku mewawancari artis sekelas Mocca yang pada waktu itu lagi naik daun.
Namun berbekal keberanian akhirnya kau berangkat bersama-teman (aku masih ingat pada waktu itu aku bersama; Ezod, Tulang, Ohiw) menuju basecamp Mocca. Awalnya aku grogi, sebab tanpa persiapan sedikitpun mana pada waktu itu hujan sangat besar terus ditambah kami belum tahu persis tempat basecamp Mocca.setalah ngubek di jalan Setia Budi (basecamp Mocca) akhirnya ketemu juga.
Kami sedikit bingung mau apa yang kami tanyakan nanti bersama Mocca, tapi kami nekad aja masuk tape recorder buat ngerekam rusak, baju selana basah, (ah parah deh kalau nginget2 mah) pulpen buat nulis cuma satu, ya terpaksa dengan seadanya kami wawancara. Tapi akhirnya selesei juga.
Disanalah jiwa kejurnalistika aku tumbuh, sampai akhirnya aku lulus SMA aku memilih kuliah\ pada jurusan Jurnalistik, awalnya kau mau ikut SPMB dengan pilihan pertama di Fikom unpad, namun karena terbetur masalah biaya maka aku urungkan ikut SPMB. Dan aku yakinkan hati untuk kuliah pada jurusan yang sama namun di Universitas Islam Negeri (dulu IAIN ) dan alhamdulilah lewat jalur PPA (baca-PMDK) aku lulus. Sampai saat ini aku sungguh menikmati suasa belajar di jurnalistik ini, teman-teman yang sungguh buat aku terkagum, dosen-dosen yang pada rajin hadir dan tepat waktu (????) dan fasilitas yang sangat lengkap (???).
Namun dalam hatiku walaupun dengan serba keterbatasan, aku harus bisa bersaing dengan lulusan jurnalistik yang lain, karena aku tahu jurnalistik adalah bidang yang terbuka untuk umum, siapa saja bisa jadi seorang jurnalis, disinilah dituntut kecerdasan aku, sejauh mana aku mempunyai nilai lebih dari lulusan jurnalistik yang lain.
Allohumahdinasirotol mustaqim….
(Selamat berjuang Q jalan masih panjang… YAKUSA!)
27/11/2006
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar