Bahagia merupakan mimpi setiap orang dimanapun dan kapanpun. Segala hal dilakukan; kerja keras banting tulang, beribadah siang malam tak terlewatkan, belajar dengan giat, yang pada akhirnya adalah untuk menemukan sebuah kebahagiaan. Dan dalam meraihnya pun setiap orang berbeda-beda, ada yang meraihnya dengan jalan yang telah ditentukan oleh norma atau koridor-koridor dan aturan-aturan keagamaan, bahkan ada juga yang meraihnya kebahagiaan itu dengan menghalalkan segala cara; apapun akan dilakukan unutk memperoleh kebahagiaan itu.
Kebahagiaan yang diraih dengan cara yang baik dengan mengikuti norma atau aturan keagamaan itulah yang dinamakan dengan kebahagiaan hakiki, sebaliknya kebahagiaan yang diraih dengan cara yang tidak baik, tidak ada aturan yang jelas yang kadang menghalalkan segala cara itulah yang dinamakan dengan kebahagiaan semu.
Kebahagiaan semu biasanya hanya terbatas pada kebahagiaan dunia saja, biasanya orientasi yang dituju pada kebahagiaan adalah materi. Sehingga materi menjadi bahan ukuran tingkat kebahagiaan seseorang. Orang sudah dikatakan bahagia jika ia mempunyai harta yang meilmpah, rumah yang mewah, mobil yang banyak dan yang lainya. Dan kebahagiaan semua itu tidak bertahan lama, setelah semua materi tidak ada dan hilang maka hilang pula kebahagiaan itu dan kebahagiaan itu terus dicari lagi, sampai akhirnya kebahagian tersebut didapatkan dan dipenuhi.
Selain iti juga dalam mendapatkannya senantiasa diluar keteraturan, diluar koridor dan pedoman yang ada, yang kadangkala menggunakan segala cara. Yang pada akhirnya kebahagiaan yang diraihnya kering akan spiritual. Dan pada ujungnya kebahagiaan semua itu tidak berarti, harta yang melimpah disetiap penjuru, mobil-mobil dimana-mana, namun hidupnya tidak selalu tenang, selalu dihantui ketakutan dan yang lebih tragis lagi kadang tak sedikit orang yang tidak bahagia hati tersebut berusaha untuk bunuh diri.
Jika begitu kebahagiaan seperti apa yang selalu dicari oleh manusia? Kebahagiaan yang sempurna yang tidak sebatas materi saja, imateri juga terpenuhi? Bagaimana juga cara meraihnya?.
Kebahagiaan semu tentu bukan pilihan, ternyata kebahagiaan itu tidak ada hubungannya dengan kekayaan dan kemiskinan, karena kebahagiaan tidak ditentukan oleh hal-hal diluar diri manusia.Kekayaan yang terbesar adalah kekayaan hati. Kekayaan spiritual. Orang yang senantiasa dekat dan menyerahkan hidupnya pada hal-hal diluar batas usahnaya; Dzat yang memilki setiap usaha. Dan berusaha dengan keras meraih kebahagiaan tersebut.
Karena manusia itu terbatas oleh kodrat. Yang dimiliki manusia adalah kefitrahan akan kebutuhan mereka terhadap zat imateri diluar usahanya yaitu Tuhan. Karena fitrahnya itu manusia memiliki naluri beragama. Agama-agama menjanjikan hidup bahagia sesuai denagn keteraturan dan pedoman-pedoman yang jelas. Baik di dunia sewaktu hidup ataupun diakhirat telah kematian. Tegasnya dalam setiap agama senantiasa memberikan jalan dalam menuju kebahagiaan di dunia dan akhirat, tanpa harus menghilangkan atau menyingkirkan salah satunya, karena agama menganjurkan ada keseimbangan (tamadzun). Inilah kebahagiaan absolute, kebahagiaan yang hakiki sebab pada kebahagiaan ini akan disertai Tuhan yang memiliki segala kebahagiaan mutlak.
Dalam meraih kebahagiaan ini, para “pencari” kebahagiaan ini terikat dengan sebuah aturan, sehingga apa yang dijalankan dan dilakukan sejalan dan teratur sesuai pedoman dan aturan yang ada. Konsep keseimbangan antara kebahagiaan dunia dan akhirat adalah nilai tinggi, kemampuan hidup seimbang akan tumbuh dan buah pengetahuan terhadap batasan-batasan, tujuan serta manfaat dari hidup .Selain itu manusia diberi sebuah perangkat untuk meraih kebahagiaan itu yaitu tiga potensi besar yang sempuran diberikan Tuhan kepada mahluk teristimewanya; manusia, yaitu jasmani, akal, dan hati.
Pertama: jasmani atau fisik adalah sebuah titipan Tuhan oleh sebab itu ia harus senantiasa dijaga sebagai tanda syukur seseorang. Sebab seorang yang berusaha meraih kebahagiaan dibutuhkan jasamani / fisik yang kuat. Potensi jasmani ini harus senantisasa diberi suplemen-suplemen dan vitamin untuk menambah totalitas. Yaitu dengan mengkomsusmsi makanan yang halal dan thoyib ( Q.S. 80:24, 2: 116, 2:172). Membiasakan makan dan minum yang sehat, tidur dan istirahat dengan teratur ( Q.S. 78:9), olah raga, bekerja dan beraktivitas, kebutuhan bilologis (Q.S. 30:20-21), kebersihan dan kesehatan
Kedua: akal. inilah poteni terbesar yang dititipkan Tuhan terhadap manusai, dengan potensi iniyang membedakan manusia dengan bintang, dengan pohon denngan monyet dan lainnya, dengan potensi ini pula manusia mampu mengenali hakikat sesuatu, dapat membedakan mana yang bukan kebahagian atau apa penyebab kebahagiaan itu tidak tercapai. Kebutuhan akal adalah ilmu (Q.S.3:190) untuk pemenuhan sarana, fasilitas pendukuyng kebahagiaan
Ketiga: hati. Inilah yang tidak disentuh oleh kebanyak orang. Banyak manusia hidupnya berorientasi pada jasmani/ materi dan mereka termasuk pada golongan materialis. Ada juga manusia yang tidak mengakui adanya zat penggenggam setiap kebahagian meraka dan mereka termasuik pada golongan atheis. Ada jugta manusia yang bersandar pada hati atau batinnya saja mereka disebut dengan pantheis.
Oleh sebab itu kebahgiaan hati sangat penting, namun dengan pentingnya hati potensi yang lain juga jangan pernah dipinggirkan atau bahkan dihilangkan, bagaimanapun hati adalah salah satu (satu-satunya) unsur tercipatnya kebahagiaan. Dan hati senantisan dekat akan kebenaran, dan manusia kadang dalam meraih kebahagiaan ini manusia mempunyai kecenderungan untuk mengarahkan hidupnya sesuai kecenderungan hatinya.
Maka kebahagiaan yang hakiki adalah sejauh man seorang bisa mempergunakan segala potensi yang ada (jasmani, akal, dan hati) dengan seimbang (tamadzun). Ketidak adanya kesimbangan dianatra ketiganya akan menyebabkan kebahagiaan yang semu. Pada akhirnya kebahgian ini mencakup pada; pertama kebahagiaan batin, kebahagiaan ini tegambar dari ketenangan dan ketentraman jiwa. Yang ekdua kebahagiaan dzahir atau gerak, hal ini tergambar dalam bentuk kestabilan dan terpenuhinya segala kebutuhan materi.
Itulah rumusan tentang kebahagiaan, tentu rumusan ini tidak memadai. Orang yang bahagia tentu akan merasakn bahwa banyak aspek bahagia tidak disebabkan dan dipaparkan disini. Sebab bagaimanpun bahagia itu tidak dapat dirumuskan, tidak dapat dikatakan. Ia hadir, ada tanpa terasa tapi memang hadir dan terasa bagi orang lain.
Mereka yang mampu memadukan kesimbangan potensi akal, hati dan jasmani unutk meraih maka ia kan meraih kebahagiaan hakiki. Bagaimana apakah kita kan meraih kebahagiaan yang semu, atau yang hakiki? Itu sebuah piliha buat kita silahkan renungkan!
05/07/2006
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar